Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat datang di Siti's Blog,
Semoga Artikel di Blog ini Bermanfaat....

Sabtu, 22 Oktober 2011

~*:. Ilmu Terindah Dari Sebuah Melayani .:*~

Disaat wanita telah memasuki gerbang pernikahan, maka Allah akan menyediakan kesempatan bagi kita, untuk menjadi pribadi yang indah, bahkan jauh sangat lebih indah.

Dan sungguh, menjadi istri adalah sebuah keindahan yang tidak semua orang akan merasakan kesemua itu. Dan keindahan itu akan terasa sangat lebih indah saat kita dapat dari dalam hati menyadari dan ikhlas karena Allah tentang sebuah melayani.

Lihatlah betapa indahnya dirimu dengan melayani, senyummu tampak sumringah karena ingin seseorang yang kau layani akan merasa terdamaikan oleh keadaan karena adanya dirimu. Walau dalam bagaimanapun adanya keadaanmu sendiri.

Lihatlah betapa damai dirimu dengan melayani. Kau berikan jatah pikiran dan luasnya dadamu yang memang kadang sudah terasa sesak, demi kebahagiaan suami yang kau layani. Mengerti bahkan saat beliau tidak mngerti keadaan beliau sendiri, mendengarkan keluh kesah beliau, merangkul semua kondisi kacau balaunya beliau lengkap dengan semua kenegatifan sikap yang saat itu ditampilkan kepadamu. Manusia ajaib mana yang akan dapat begitu memaklumi keadaan dengan tetap tenang, selain seseorang yang memang tahu arti dari melayani dan meniatkan semua karena Allah?

Lihatlah betapa teduhnya dirimu dengan melayani. Dalam keadaan yang sudah tidak memungkinkan bagi batin sabarmu untuk bisa bersabar lagi, kau masih berusaha mengkontrol semua kemanusiawianmu sebagai wanita kebanyakan yang menangis, memaki, manja pada keadaan dan lain sebagainya. Kesemua karena kesadaranmu untuk tidak ingin memberatkan hati suami yang kau layani.

Lihatlah betapa cantiknya dirimu dengan melayani, kau tampilkan dirimu begitu elegan didepan suamimu, karena perasaan yang tak ingin mengecewakan beliau karena acak- acakannya dirimu.

Lihatlah betapa lembut dirimu dalam balutan kata- kata yang indah, serta nada bicara yang santun saat melayani. Siapa di dunia ini yang tidak punya potensi untuk berteriak dan berlaku kasar? namun dengan kesadaran melayani, maka pilihanmu pun jatuh untuk bersikap sebaliknya demi kedamaian yang kau layani. Bukan sia- sia pada akhirnya, yakinlah bahwa titik akhir dari semua itu, adalah paling tidak keadaan yang akan berbalik melayani dan memuliakan dirimu. Di dunia ini, dimana sih manusia yang tidak suka dimengerti oleh orang lain, apalagi jika manusia tersebut adalah suami kita sendiri?

Lihatlah betapa telah menjadi sabar dirimu saat melayani, teredamlah kemarahanmu karena kesadaran atas diri bahwa melayani itu indah. Indah dalam membahagiakan orang lain, dan bahkan indah dalam mengindahkan dirimu untuk terlalu jauh dalam berdekatan dengan emosi. Keluh kesah memang kadang ada, namun tidak bertengger terlalu lama dan terhapuskan dengan keindahan kesadaran bahwa pada saat tersebut, Allah ridho terhadap kita. disudut lain dari hati, diri diam-diam berdoa bahwa semoga Allah menghapus dosa- dosa kita lewat kesakitan tersebut.

Lihatlah betapa dengan melayani, kau telah memberikan pelajaran berharga kepada para suami untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Dengan pelayananmu, maka akan tersibukkan hari- harinya untuk bersyukur kepada Allah atas karunia keindahan sepertimu.

Subhanallah, betapa keajaiban dari kesadaran sebuah melayani, malah akan menjadikan diri kita mulia, bahkan lebih mulia dan terperbaiki. Dengan melayani kau menjadikan dirimu pantas untuk disayangi dan bahkan tidak terlalu pantas untuk disakiti. Dan bahkan semua manusia pasti hanya mempunyai satu hati untuk menyayangi, tidak lebih. dengan melayani kau menjadikan dirimu muara bagi suamimu, manusia tempatnya merasa kembali kerumah, untuk bisa merasa santai dan terdamaikan.

Melayani bukan menjadikan dirimu korban dan pihak yang selalu terkalahkan. Dengan melayani justru kau mengindahkan dirimu, dan menampilkan keadaanmu yang mungkin bakat itu tidak pernah kau sadari, bahwa kau bisa menjadi seindah itu. Benar- benar sebuah pendidikan diri yang sangat elegan dan berkelas.

Dan memanglah benar- benar indah jika sebuah pernikahan yang benar- benar ditujukan karena ingin beribadah kepada Allah. Sungguh benar ternyata bahwa dunia ini memang indah, dan seindah- indah perhiasan dunia adalah Wanita yang sholihah. Allah menjadikan kita indah dengan menjadi seorang istri, dan akhir dari sebuah niat adalah tergantung diri kita bagaimana menjadikan konsep keindahan itu untuk benar- benar menjadi indah. InsyaAllah...

~*:. Kepada Pasangan Pengantin Baru... .:*~

Setelah merasakan khidmatnya akad nikah, dan meriahnya walimah, sepasang suami istri akhirnya melepaskan jubah raja dan ratu sehari mereka, dan menuju ke kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang penuh cobaan untuk menguji seberapa kuat ikatan yang telah terjalin dan seberapa besar komitmen dalam melaksanakan ikrar suci pernikahan. Tidak ada lagi kata aku atau kamu, melainkan kita. Tidak ada lagi sendiri, melainkan berbagi. Sebuah perjalanan penghabisan jatah usia pun dimulai.

Kemakluman semua orang atas sepasang manusia yang tengah berbunga dalam cintapun diberikan sebagai kado khusus untuk anda. Kado itu juga terkandung doa dan harapan yang besar dari orang- orang yang menyayangi anda, agar anda berdua senantiasa rukun, damai dan menemukan keindahan dari pernikahan anda tersebut. Merekapun juga berharap takdir kebaikan dalam pernikahan selalu akan melingkupi anda. Rasa lelah, dan letihnya badan setelah membantu anda dalam memeriahkan pesta seakan sirna dengan terpanjatnya doa.

Saat awal menikah, semua terasa begitu indah, tersusun dengan rapi dan harus rapi serta membahagiakan. Namun kehidupan ternyata tidak berhenti disini, bahkan justru baru saja dimulai dititik ini. Persiapan menyongsong kelanjutannyalah yang sebenarnya lebih harus dipatenkan dalam hati, agar pernikahan senantiasa bahagia. Sejenak marilah kita melihat jauh kedepan, memberi kita sedikit PR untuk bahan perenungan diri.

Masihkah tetap pengabdian, kebersamaan dan kesetiaan kita berikan kepada suami, saat usia pernikahan telah menua nanti? masihkah kita akan tetap berkata kepada suami dengan nada yang sama, yang begitu santun dan manis saat telah bertahun- tahun menikah nanti?. Masihkah kritik dan keberatan suami menjadi hal yang paling kita pikirkan sampai kita tidak bisa tidur, setelah lama kita menikah nanti? masihkah kita dengan hati- hati menjaga aroma tubuh kurang dari segar mampir di hidung suami, atau sendawa tidak terdengar oleh telinganya, atau garukan-garukan non sexy jangan sampai dilihatnya? Masihkah kita tetap tersenyum melihatnya dalam apapun keadaannya? Akankah kita tetap selalu perduli dengan waktu makan dan menjaga ketenangan tidurnya? masihkah kita akan menjadi pendengar setianya saat dia terkapar lelah oleh keadaan sulit yang menderanya? dan lain- lain, dan seterusnya.

Jawaban nyata dari contoh sederet pertanyaan diatas memang belumlah terealisasi, namun gambaran dari pelaksanaanya haruslah sudah disiapkan dari jauh- jauh hari. Pernikahan adalah mencari kedamaian, pernikahan adalah mencari kenyamanan. Lalu mengapa kita harus menjadikan diri sebagai cobaan untuk pasangan kita?

Selain itu, bersiaplah juga dengan hadirnya konflik. Lepaskan angan- angan dan kreasi impian anda dengan tetap membayangkan bahwa pernikahan akan berjalan layaknya kisah cinta putri dan pangeran di dalam dongeng.KOnflik dalam Pernikahan di dunia nyata pasti akan ada, dan sudah selayaknya kehidupan dunia, bahwa semua tak pernah berjalan mulus tanpa cobaan. Jika anda berniat menikah, maka sudah sejak awal hal tersebut harus dipahami.

Lapangkanlah pula keikhlasan untuk memaafkan. Allah mengamanahkan hanya wanita yang bisa melahirkan, yang juga berarti wanita insyaallah akan lebih mampu menahan rasa sakit. dan yakinlah bahwa mungkin ada alasan lain selain rasa sakit waktu melahirkan, yang sebenarnya diberikan oleh-Nya untuk para wanita, sebagai contohnya adalah kemampuan kita untuk memaafkan, walaupun rasa sakit terkadang terasa sebelum kemampuan itu timbul.Memaafkan pasangan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun dari kemampuan anda memaafkan, maka anda dapat mengukur seberapa besar komitmen anda pada proses membaikkan diri dan keadaan untuk tetap berpihak pada anda.

Persiapkan pula penerimaan. Banyak pasangan pengantin baru yang menilai sebuah kesempurnaan atas diri suaminya. Sayangnya penilaian itu kemudian berlanjut dengan sebuah tuntutan yang sama sekali tidak logis. ketika semua ego tidak terpenuhi, buru- buru penghakimanpun diberikan. Hal itu secara tidak langsung, berarti anda mengajari pasangan anda untuk sangat rela terlepas dari kebutuhannya atas anda.

Di dalam pernikahan, akan banyak hal-hal tentang pasangan yang tidak Anda duga sebelumnya. Ketidaksiapan Anda menerima kekurangan pasangan akan berakibat buruk bagi pernikahan.Saat ikrar pernikahan diucapkan, itu tandanya Anda siap menerima pasangan dalam keadaan apapun.Jika ternyata anda belum bisa karena keterbatasan sebagai manusia, maka lakukanlah hanya karena Allah, dan insyaAllah semua akan lebih terasa melegakan.

Persiapkan diri, kuatkan hati dengan kepasrahan dan maksimalnya usaha yang hanya karena Allah dalam menghadapi apapun halangan yang ada didepan.Genggam erat tangan suami anda dan bersiaplah menuju sebuah dunia baru, yang mungkin asing bagi anda, namun percayalah didalamnya terkandung maksud dari sang maha hidup untuk membahagiakan hambanya.

Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah

Duhai Imamku ,Kekasih Dunia Dan Akhiratku

Suamiku, Aku Mencintaimu

Suamiku...

Masih ingatkah kau, saat pertama kali kita terikat halal oleh kecintaan karena Allah subhanahu wata'ala?.
...
Kita melihat satu dengan yang lain begitu sempurna, menyenangkan dan membahagiakan.

Rasanya begitu abadi kebahagiaan yang kita cita- citakan. Hari- hari selanjutnya adalah perjalanan pergantian suka dan duka, dan kebahagiaan atau konflik senantiasa melingkupi hubungan hati.

Suamiku...

Saat suatu hari kau menemukan sikapku merepotkan dan mengusik batinmu...

Mohon sedikit luaskan hatimu. Jangan kau kesal menanggapi kalimat dan tangisan manja dari wanitamu ini. Bukan bermaksud menyulitkan, namun sekedar mencari cara lain mendapatkan perhatian, karena kosongnya satu sisi hati yang butuh untuk lebih dimanjakan oleh seorang lelaki yang begitu dikaguminya.

Mengapa Allah menjadikan kau suami, dan bukan sebaliknya? Kau telah ditakdirkan Allah menjadi suamiku, yang berarti akan lebih pandai dalam mengayomiku. Yakinlah itu suamiku, dan jangan balas semua dengan keseriusan seorang laki- laki, namun pahamilah kerapuhan dan kebodohanku sebagai wanita.

Hanyalah kelembutan, kasih sayang, serta nasehat penuh kesabaran namun tegas, yang dapat dengan mudah meluruskan tindakan aneh istrimu walau semua awalnya aku niati dengan niat baik. Jangan buat aku semakin bebal dan tidak mengerti dengan berbalik memberikan sejuta amarah apalagi pukulan, karena semua adalah karena ketidaktahuan. Janganlah pula mempersempit hatimu dengan tangisan karena itu akan menyedihkan untukku wahai suamiku. Pahamilah karena semata- mata semua karena kenakalan dan kemanjaanku, maka dari itu mohon maafkanlah aku.

Suamiku...

Saat suatu hari kau menemukan kata- kataku merepotkan dan mengusik telingamu...

Pernahkah kau melihat seorang wanita yang bisa mengeluarkan uneg- unegnya dengan merdeka raya, sedang sang suami tetap melihat dengan senyum, perhatian dan pandangan yang hangat. Hal itu sebenarnnya sudah sangat menjelaskan kepada sang istri sendiri bahwa dia adalah sangat cerewet dan tindakannya tidaklah baik. Namun, hal itu juga membahagiakan para istri karena secara sadar dia bersyukur bahwa ada seorang manusia yang ternyata begitu sangat mencintai dan memahaminya...

Suamiku....

Ampuni istrimu atas kekurangan yang dikaruniakan Allah kepadaku. Mohon jangan tutup pintu hatimu dengan ketidak ridhoan mu atasku. Jangan buat para bidadari di surga menggantikan posisiku dan memilikimu kelak. Sungguh hal itu akan menyedihkan bagiku.

Suamiku...

Kau gagah, ketika kau bisa meletakkan kelembutan dan senyum saat mendidik istrimu. Kau tegas, saat mengatakan kalimat dengan pas namun santun untuk memotong kebandelan wanitamu. Kau berwibawa, saat nada bicaramu menggambarkan ketulusan dan kemurnian niatmu dalam menasehati. Sama sekali bukan bentakan dan atau nada tinggi. Kau kuat, saat menerima dengan ikhlas tentang kelemahan istrimu. Kau baik, saat dengan kelapangan hatimu memaklumi keburukan pasanganmu.

Keluasan hatimu memaafkan, bagiku adalah pelajaran dari seorang guru untuk memaafkan. Keluasan hatimu untuk memaklumi dan bersabar, adalah pengajaran bagiku untuk memaklumi dan bersabar. ketelatenanmu untuk memahami adalah pelajaran berharga bagiku untuk memahami.

Suamiku, kaulah idolaku...

Suamiku, kau lah idolaku, yang halal bagiku. Dan aku ingin selalu mengagumimu. Hanya kau. Maka mohon dengan sangat, didiklah dirimu agar indah untukku dan dihadapanku, dan didiklah aku agar aku mengerti tentang keindahan itu. Supaya aku belajar tentangnya dan tentang kebaikan.Supaya aku dapat dengan tulus berterimakasih kepada Allah atas karunia manusia sepertimu, supaya aku dapat meneduhkan diri dan mencukupkan jiwa denganmu, supaya aku dapat dengan batin yang tulus berkata, "Suamiku, Aku mencintaimu.."

(Syahidah/voa-islam.com)


http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2011/08/01/15673/suamiku-aku-mencintaimu/



semoga bermanfaat

Rabu, 19 Oktober 2011

~*:. Karena Istri Adalah Wanita Yang Ingin Dipahami .:*~

Banyak dari suami yang belum mengetahui atau bahkan tidak mengerti tentang bagaimana seharusnya memperlakukan istri sebagai wanita. Sebagian lain belum tahu bagaimana istri ingin diperlakukan. walaupun sebagian dari mereka merasa cukup tahu tentang teori-teori komunikasi dengan lawan jenis. Intinya wanita itu sangat kompleks dan sulit dipahami, tapi di lain sisi malah wanita yang menganggap laki-laki lah yang sebenarnya sulit untuk dipahami.

Suami adalah makhluk lelaki dengan tipikal yang tidak suka dan tidak terbiasa berbasa-basi. Kalau pun terpaksa harus melakukannya, akan sangat kentara sekali kalau mereka sedang berbasa-basi. Bagi mereka ketika seseorang mengatakan ‘tidak’ berarti ‘tidak’ dan ‘ya’ berarti ‘ya’. Suami tidak terbiasa "bermain-main" dengan ‘bahasa simbol’. dan atau jika mereka mengerti dengan ’simbol’ tersebut, mereka akan tetap mengartikannya secara harfiah dan mencukupkan diri dengan arti yang harfiah itu.

Sebaliknya, bukan rahasia lagi, bagi sebagian suami, istri sebagai wanita terkesan berbelit-belit dalam menyelesaikan masalah, karena seringkali melibatkan perasaan. Hal-hal yang menurut suami sebetulnya sederhana, seringkali jadi ribet. Belanja yang oleh para istri lakukan hanya bisa dilakukan 5 menit, bisa jadi 50 menit. Bahkan terkadang disertai dengan "adegan" tawar menawar yang lama. Atau Gara-gara salah ucap, si istri bisa seharian ngambek, meskipun suami sudah minta maaf. Istri sebagai wanita juga terkesan lebih romantis dengan mengingat hari hari special bahkan sampai detail tanggalnya dan kejadian yang waktu itu terjadi.

Satu lagi bahasa wanita yang sangat terkenal dan terlampau sulit untuk dipahami bagi sebagian suami , yaitu Menangis. Bahkan ada sebagian berpendapat bahwa menangis adalah salah satu bentuk egoisme wanita. Marah sedikit, nangis. Kurang suka sesuatu, nangis. Kalau sedih, pasti nangis. Tidak setuju, nangis. Tersinggung sedikit, nangis. Malu sedikit, nangis. Bahkan, dalam keadaan bahagia pun juga "terharu" (baca:menangis juga). Namun yang mengherankan sebagian besar suami takluk oleh tangisan semacam ini, luar biasa. Bisa jadi suami akan memilih salah satu dari pilihan berikut ini : mengalah dan berusaha merayu istrinya tersebut, atau…bingung! Jika suami yang meninggalkan istri menangis sendirian, bisa jadi dia termasuk kategori yang kedua, suami yang bingung. Atau mungkin ada satu lagi yang akan mereka lakukan membelikan sesuatu sebagai hadiah supaya istrinya tidak menangis lagi.

Memang terkadang wanita tidak mudah untuk dimengerti karena kemisteriusannya. Diam ataupun tidak, keras atau lembut, wanita tetap sulit dimengerti. Bahkan bagi mereka yang sudah menikah seorang istripun masih selalu meninggalkan misteri. Akan lebih baik bagi suami jika hal ini diambil sisi positifnya saja, karena justru di situ gregetnya berumah tangga...menggali sedikit demi sedikit. Seperti sebuah teori perang " pahami musuhmu, sehingga kau tau kelemahannya". Begitu juga dalam memahami istri, untuk memahaminya suami diharapkan harus lebih dulu mengerti tentang karakter, sifat dan kebiasaan istri itu sendiri, karena sebagai suami, mau tidak mau akan sangat membutuhkan pendamping. Untuk itu suami harus mencoba untuk bersabar atas segala "kelemahan" istri sebagai makhluk wanita yang berasal dari tulang rusuk lelaki.

Karakter tulang rusuk ini sendiri memang unik. Dibiarkan ia akan bengkok alias melengkung. Ditarik terlalu keras ia akan patah. Cukup pahami istri secara sederhana, dan gunakan bukan cara dalam kaca mata wanita. Gunakan saja cara lelaki. Tak perlu memikirkan sesuatu secara berlebihan karena jika tidak tepat dengan apa yang dipikirkan istri, maka akan terjadi kesalahpahaman yang begitu jauh antara suami dan istri sedangkan jika kita memikirkan secara sederhana, akan mudah memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.

Seluruh kesulitan suami saat menghadapi beratnya persoalan memahami istri akan hilang seketika begitu ia mempersembahkan ketulusan dan kesucian cintanya. Maksudnya, sejumlah ketidakmengertian akan segera terkalahkan manakala cara pandang yang digunakan tidak sekedar ingin mengerti dan ingin memahami semata. Justru kerelaan berkorban, berbagi serta kemauan memuliakan istri akan meluluhkan kekakuan hubungan yang terjalin. Tetaplah mencintai istri dengan apa adanya, tulus dan penuh kesucian. Karena jika seorang istri diperlakukan seperti itu, maka nanti pasti akan terbuka pintu-pintu perasaan, pikiran, keinginan serta kesetiaan pada para suami, dan itu akan terjadi dan dilakukan oleh istri dengan penuh suka rela.

Selasa, 18 Oktober 2011

AKHLAK MULIA SEORANG ISTRI

BEBERAPA AKHLAK MULIA SEORANG ISTRI KEPADA SUAMI

1. Menyikapi keburukan akhlak dan perangai suaminya dengan penuh kesabaran.

2. Tidak bahagia jika melihat suaminya sedih, dan tidak sedih ketika suaminya gembira.

3. Yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata yang baik, sebagai pengamalan terhadap firman Allah SWT, “Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (QS. Al-Baqarah [2]: 83)

4. Tidak membalas tindakan buruk suaminya dengan keburukan serupa, tetapi membalasnya dengan kebaikan, karena mengaharapkan pahala-Nya. Karena baginya, sesuatu yang di sisi Allah SWT lebih baik dan lebih abadi.

5. Bersegera mencari keridhaannya. Jika suaminya marah, dia tidak menunggu suaminya menyapa lebih dahulu, karena dia mengamalkan sabda Rasulullah SAW,

وَنِسَاؤُكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ الْوَدُوْدُ الوَلُوْدُ الْعَئُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا, الَّتِي إِذَا غَضِبَ جَائَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوْقُ غَمْضًا حَتَّى تَرْضَى.

“Dan istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga adalah yang penyayang, banyak melahirkan anak, dan segera kembali pada suaminya. Yaitu jika suaminya marah, dia mendatanginya dengan meletakkan tangannya di tangan suaminya seraya berkata, “Saya tidak bisa tidur nyenyak sampai engkau ridha.”
Alangkah indahnya seorang wanita yang berakhlak baik, yang mengukur dunia dan seisinya dengan akhlaknya.

Alangkah indahnya seorang wanita lemah lembut dan tenang, yang patuh pada Tuhan dan suaminya.

Alangkah indahnya seorang wanita rendah hati, yang hatinya tidak tersentuh rasa sombong, ujub, dan pengkhianatan.

Alangkah indahnya seorang wanita rendah hati, yang memiliki suara lembut.

Alangkah indahnya seorang wanita yang selalu berbaik sangka terhadap suaminya.

Alangkah indahnya seorang wanita yang jika mendengar suatu perkataan dan perbuatan, akan miningkatkan rasa takutnya kepada Allah SWT.

(Dikutip dari Buku ISTRIKU BIDADARIKU, hal. 16-18. Dapatkan buku ini di Gramedia atau toko buku kesayangan Anda, dan rasakan manfaatnya!)

Senin, 17 Oktober 2011

~*:. Suami Realistis Idaman Wanita .:*~

UNTUK dicintai suami, ada yang bilang bahwa seorang istri harus pandai memasak dan berdandan. Apakah itu artinya para istri yang tak pandai memasak apalagi berdandan tak bisa mendapatkan cinta suami? Hmm…nanti dulu. Idealnya seorang istri memang bisa memasak dan berdandan untuk suami, tapi apabila tak bisa keduanya, apakah seorang perempuan tak bisa menjadi istri yang baik di mata suami?

Bagi suami yang suka memanjakan selera makan, pandai memasak mungkin menjadi ‘keharusan’ bagi istrinya. Begitu juga bagi para suami yang mempunyai kecenderungan melirik ‘barang bagus’ di jalan, pandai berdandan juga menjadi hal yang mutlak bagi istrinya. Tapi di luar kedua kepandaian di atas, tidak adakah kepandaian lain yang bisa dihadirkan seorang istri pada suaminya?

ADA. Tidak semua laki-laki terpesona oleh kepandaian seorang perempuan memasak atau berdandan. Ada juga sosok laki-laki yang mencintai istrinya apa adanya dengan segenap potensi yang ada pada diri si belahan jiwa. Laki-laki ini tak menuntut si istri untuk pintar memasak apalagi berdandan. Tipe suami jenis ini sudah merasa bersyukur dengan keberadaan istri yang mampu menjadi partner diskusi dan tempat berbagi yang asyik.


….Sosok laki-laki yang bersyukur dan mencintai istri apa adanya dengan segenap potensi yang ada pada diri si belahan jiwa….

Suami jenis ini tak meributkan rasa makanan yang ada. Biarpun sayur yang disajikan istri rasanya terlalu asin atau bahkan terlalu manis, ia selalu tersenyum dan mengucap terima kasih. Bilapun tak menyukai masakan jenis tertentu, ia tak mencela. Ia selalu menjaga perasaan istri dan berusaha membahagiakan semampunya.

Ia tak pernah menuntut istri berdandan karena menurutnya si istri sudah terlihat cantik dengan pesona shalihah yang ada pada dirinya. Tampil alami tanpa riasan membuatnya semakin cinta pada istri karena di luar sana, ia sudah muak dengan tebalnya riasan para wanita. Lagipula bukan karena riasan, dandanan atau ‘make up’ itu yang membuatnya mencintai si istri, tapi keutuhan pribadi sebagai seorang muslimah shalihahlah yang telah menawan hatinya. Jadi cukup itu saja yang ia mau dari perempuan yang telah menjadi belahan jiwanya itu.


….Laki-laki shalih yang menjadikan Muhammad sebagai cermin hidupnya, akan memuliakan perempuan terutama istrinya dengan seluruh kelebihan dan kekurangannya….

Jadi, untuk para muslimah yang saat ini masih belum terampil memasak dan berdandan, tak usah berkecil hati. Masih ada stock laki-laki shalih yang tak menuntut pada istri. Sebaliknya, ia menghargai sekali keistimewaan pada diri pasangannya yang itu tidak selalu berupa kepandaian memasak dan berdandan. Kualitas seperti ini hanya ada pada diri laki-laki yang menjadikan Muhammad sebagai cermin hidupnya. Laki-laki shalih yang akan memuliakan perempuan terutama istrinya dengan seluruh kelebihan dan kekurangannya. Berdoa saja semoga di antara kalian mendapat salah satu dari laki-laki (suami) idaman ini. Insya Allah.....

~*:. Alhamdulillah, Aku Dikaruniai Istri Secantik Dirimu .:*~

Subhanallah, Sungguh seorang wanita adalah cantik.

Kecantikan seorang istri mengisikan kekosongan keteduhan dalam jiwa dan hati suami. Dia adalah peneduh yang tiada dapat terbeli dengan hitungan rupiah, kecuali hanya dengan kemuliaan sebuah mahar.

Kecantikan seorang istri bukan hanya terletak di atas sebuah kulit ari. Lebih dalam lagi, makhluk yang berada disekitarnya pun dapat merasakan kelembutan anugrah Allah yang ada dalam calon bidadari surga itu.Dia terpancar dalam Keikhlasan pengabdian, keteduhan jiwa, kelembutan hati, tunduknya mata, halusnya ucapan, serta keindahan perilaku.

Kecantikan seorang istri terletak dalam imannya. Dia sadar dan mengerti untuk apa dia hidup, dan dia mengerti mengapa dan kepada siapa dia harus mengabdi.

Kecantikan seorang istri terletak pada lidahnya, yaitu ketika dia dapat meredam galau, amarah dan kesedihan sang suami dengan kata- kata indah yang menyejukkan hati. Kebutuhan batin akan ketenangan sang suami dalam hebatnya deraan cobaan hidup telah terpenuhi. Dan semua terasa istimewa ketika hal itu justru didapatkannya dari separoh jiwanya yang sangat mengerti, bahkan mungkin dari pada dirinya sendiri. Kecerdasan belahan hatinya tersebut dalam mengatur kata dan kepintarannya dalam membaca situasi hati sang suami agar selalu tenang, menjadikannya "hadiah" yang tak ternilai.

Kecantikan seorang istri adalah dari penerimaannnya. Keridhoaannya terhadap apa yang digariskan Allah sang maha pengatur dalam menerima suami apa adanya, serta bagaimana dia merawat serta telaten dalam menyiasati kekurangan sang suami agar tersimpan rapi hanya sebagai aibnya saja, menjadikannya penasehat kepercayaan sang nahkoda rumah tangga.

Kecantikan seorang istri terletak pada tangannya. Dengan tuntunan hati yang hanya karena Allah, dia menjadikan tangannya bukan hanya sebagai pemegang kekuasaan dan ratu dirumah, namun dia juga dapat merengkuh semua yang ada didalamnya, dalam kedamaian yang tak dapat terukur dan terbeli dengan apapun.

Kecantikan seorang istri terletak di matanya. Kelembutan pandangan saat berada diantara keluarga dan atau ketika dia berhadapan dengan sesama makhluk menjadikan dia peneduh serta perwujudan kasih sayang Allah yang maha rahman.

Kecantikan seorang istri terletak pada seberapa besar dia dapat menjaga rasa malunya. Dia tahu caranya menutup aib yang memang sudah tertutup rapi disimpan oleh Allah. Dia paham caranya agar tidak merusak kecantikannya sendiri dengan kata- kata kasar dan rendahan. Dihindarinya membuat mati rasanya sang suami dengan semua kerewelan dan tuntutan yang tidak wajar. Disimpannya dengan rapi karunia bakat genit, kemolekan tubuh dan kemanjaan sikap dan dipersembahkan kepada yang paling berhak yaitu suami.

Kecantikan wanita terletak dalam kebijaksanaannya. Seorang istri memang mempunyai kodrat sangat brlebihan dalam mencintai dan membenci, yang lantas kadang tidak mengenal pertengahannya, namun dia masih bisa bersikap dengan santun dalam logika. Dunia semakin damai saat dia tidak mengumbar air mata dengan dalih kodrat wanita. Tapi laporan kepenatan hanya teruntuk kepada sang maha menyelesaikan.

Kecantikan seorang istri terletak dalam kesabarannya. Dia mendidik diri agar tidak menjadi sebagai sebuah cobaan bagi keluarga, khususnya sang suami. Kesabarannya menuntunnya untuk tidak mengumbar amarah dan kerapuhan perasaan disembarang telinga. Kesabarannya juga terwujud dalam kesehariannya, yang menjadikan hari- hari adalah berkah untuk sang suami. Mengalahnya adalah untuk ketenangan, dan kemenangannya adalah untuk kebahagiaan, bukan hanya untuk diri dan sesamanya, namun juga untuk semua makhluk yang ada disekitarnya. Menjadi pelayan bagi sang suami adalah sebuah keridhoaan, dan istri yang "cantik" sangat menyadari bahwa dirinya akan terlayani oleh kebaikan Dari Allah sebagai upahnya.

Kecantikan seorang wanita terletak pada kejujurannya. Ketepatan kata- kata dengan kenyataan tanpa harus menyuguhkan konflik baru menjadikannya cantik dengan jujur, sangat alami dan apa adanya.

Subhanallah betapa wanita itu indah. Dan kecantikan abadi sang istri itu adalah tentang jiwanya. Keikhlasannnya mengabdi kepada suami hanya karena Allah yang tercermin dalam fisik, tutur kata, sikap, dan perilaku. Bahkan Allah pun tersenyum melihat seorang hambanya yang sedemikian cantik sehingga dia pantas dikategorikan sebagai bidadari surga kelak. Kecantikannya menuntun sang suami dengan sadar dan sepenuh hati berkata " alhamdulillah, aku bersyukur mempunyai istri secantik dirimu

Rabu, 12 Oktober 2011

Bidadari Bumi

Bismillahirrahmanirrahim
 
Siapa wanita yg tak ingin menjadi wanita sholehah alias bidadari Bumi? Semua wanita pasti menginginkannya, tidak terkecuali saya pribadi.


Ada sebuah pengakuan yang sangat menarik dari seorang suami :

Aku rasa istriku adalah karunia terindah yang Allah berikan kepadaku. Saat di dalam rumah, ia selalu berusaha memanjakanku. Kebutuhanku selalu dia penuhi sebelum dirinya. Saat aku pergi meninggalkan rumah, tak ada gelisah atas anak-anak dan hartaku. Aku percaya ia tidak akan menelantarkan mereka. Aku yakin ia akan senantiasa menjaga kehormatan diri dan keluarganya.

Saat aku di tempat kerja, bahkan saat di luar kota, seringkali ia menelepon menanyakan keadaanku. Saat aku sakit, ia menjadi yang begitu prihatin dengan keadaanku. Dan dengan panggilan sayang yang sering ia ucapkan, aku menjadi begitu bahagia. Aku merasa, bahwa kehadiranku di dunia ini, keberadaanku di tengah-tengah mereka menjadi semakin berharga.

Istriku juga akan sangat bahagia saat aneka masakan dan kue yang dibuatnya lahap kami nikmati. Ia juga begitu senang saat dapat berbagi dengan para tetangga. Ia selalu mendukung setiap kebaikan yang aku lakukan. Ia pun tak pernah memberatkanku dengan segala macam tuntutan yang sulit aku penuhi. Ia lebih tenang dan senang berkumpul bersama kami di dalam rumah, daripada berkeliling di mal-mal atau tempat hiburan dan rekreasi.

Bahkan, saat kami kesulitan keuangan, ia tidak jarang harus menjual perhiasan yang dipakainya secara diam-diam. Menyadari segala kebaikan yang dipersembahkannya kepadaku, aku merasa sangat miskin kebaikan.

Aku merasa berutang budi begitu banyak terhadapnya. Sepertinya apa yang selama ini aku berikan sangat tidak sebanding dengan segenap kebaikan yang ia persembahkan. Dan aku menjadi semakin terharu, saat menawarkan sedikit kemewahan, tapi ia menolak dan lebih memilih hidup apa adanya.

Saat aku memberi sesuatu yang membahagiakannya, tak lupa ucapan terima kasih dan doa mengalir dari bibirnya. Ini semakin memacu semangatku untuk mengimbangi segala kebaikannya dengan mempersembahkan kebahagiaan untuknya.

Anak-anakku begitu bahagia saat berada di dekatnya. Kami merasa begitu sedih dan kehilangan saat ia marah karena sikap atau perkataan kami yang tak berkenan di hatinya. Dan aku menjadi semakin terharu, saat ia mengatakan tak keberatan untuk mencarikanku istri lagi. "Bagaimana mungkin aku membutuhkan wanita lain kalau kamu adalah wanita terbaik yang aku miliki? Apalagi yang aku cari dari seorang wanita?"


Sejujurnya kuakui, setelah Allah dan RasulNya, ia adalah sumber kebahagiaan kami. Tapi saat aku mengakui dengan sejujurnya akan hal itu kepadanya, ia hanya tertawa dan menganggapnya hanya rayuan belaka. Wahai sayangku, semoga Allah membalas semua kebaikanmu dengan surga-Nya yang terindah. Engkau adalah bidadari yang Allah karuniakan padaku di dunia.


(Diambil dari buku Menjadi Bidadari Cantik ala Islam, karya Ummu Ahmad Rifqi)
--------------------------------

Itulah sepenggal kisah yg dituangkan oleh seorang suami dalam buku tersebut. Sebuah kisah nyata tentunya.
Subhanallah, betapa mulianya jika seorang istri mampu menjadi pendamping setia bagi sang suami. Dan betapa agung kedudukannya di hati sang suami saat ia mampu memikat perasaan sang suami dengan segala kemuliaan yang ada dalam dirinya. Dan saat suaminya berkata kepadanya, ia akan mengatakan, "Aku mendengar dan menaati", persis seperti yang dikabarkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam kepada para sahabatnya.

"Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang istri kalian yang berada di surga?" Kami berkata, "Ya wahai Rasulullah." Beliau bersabda : "Dia adalah wanita yang sangat mencintai lagi subur, bila sedang marah atau sedang kecewa atau suaminya sedang marah maka ia berkata, 'Inilah tanganku aku letakkan di tanganmu dan aku tidak akan memejamkan mata sebelum engkau ridha kepadaku' " (HR.Imam Thabrani dalam Al-Ausath (5806))

"Saya melihat neraka yang tidak pernah aku lihat seperti hari ini, dan saya melihat penghuni terbanyak dari kalangan wanita." Mereka bertanya, "Kenapa wahai Rasulullah?" Beliau bersabda : "Karena pengingkaran mereka." Beliau ditanya, "Apakah karena ingkat kepada Allah?" Beliau bersabda : "Mereka membangkang dan mengingkari kebaikan suami. Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang tahun, lalu ia melihat darimu sesuatu (yang tidak disukai), maka ia berkata, 'Saya belum pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.' " (HR.Imam Bukhari dalam shahih-nya (1052) dan Imam Muslim dalam shahih-nya (907))

Dari Abu Umamah bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertakwa kepada Allah daripada istri yang shalihah, bila ia menyuruhnya maka ia menaatinya, bila ia memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia mendukungnya dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya." (HR.Imam Ibnu Majah dalam sunan- nya (1857))

"Maukah kalian aku tunjukkan harta simpanan yang paling baik bagi laki-laki, yaitu wanita shalihah. Bila dipandang menyenangkan, bila diperintah menaatinya dan jika pergi jauh ia menjaganya." (HR.Abu Dawud 1664 dari Abdullah bin Abbas dan Hakim di Mustadrak (1/567, 2/363)

"Jika seorang wanita shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia sukai." (Shahih diriwayatkan Imam Ibnu Hibban dalam shahih-nya (4151))
Subhanallah, hiks, pingin nangis bacanya.
Semoga aku, kita semua, baik yang belum, sudah, atau akan menikah, bisa menjadi istri dan wanita shalihah dengan predikat Bidadari Bumi seperti yang dijelaskan di atas. Aamiin.

 Barakallahufikum..semoga bermanfaat

Rabu, 05 Oktober 2011

MOTIVASI : Kakak..,Aku Capek ( reply : LARA ADINDA )

“Kakak, kakak…” kata Sang adik berlari menghampiri sang kakak.

“Ada apa, dinda..?” tanya Sang Kakak.

“Aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek, aku mau menyontek saja! aku capek, sangat capek..

Aku capek karena teman-teman meledekku gak gaul, tidak punya pacar, sendirian dimalam minggu, padahal teman2ku pergi ke bioskop dan jalan2 ke mall…

Aku capek karena harus pergi halaqoh mencari ilmu sedang tempatnya jauh, sedang waktuku tersita utk mengurus kegiatan kuliah..

Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek.

Aku capek karena aku harus istiqomah dengan jilbab dan baju panjangku, ribet dan gerah, padahal teman2ku begitu bebas berpakaian apa saja yg dia mau..

Aku capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…

Aku capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedangkan teman-temanku seenaknya saja bersikap kepadaku..

Aku capek Kakak, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka Kak ! ..” sang adek mulai menangis.

Kemudian sang Kakak hanya tersenyum dan mengelus kepala adeknya sambil berkata, ”Dinda, ayo ikut Kakak, kakak akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang kakak menarik tangan sang adek.

Kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri dan kerikil tajam, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu sang adek pun mulai mengeluh.

” Kakak mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini kak”, sang kakak hanya diam dan terus berjalan.

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu-kupu, taman dengan bunga-bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.

“Wwaaaah… tempat apa ini Kak? aku suka! aku suka tempat ini!” teriak sang adek kegirangan. sang kakak hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.


“Kemarilah adikku, sini duduklah di samping kakak” ujar sang kakak lembut, lalu sang adik pun ikut duduk di samping kakaknya.

” Adekku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? Tak ada yg tahu tempat ini, padahal tempat ini begitu indah…”

” Tidak tahu kak, memangnya kenapa?”

” Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu. Dulu kakak pernah mengajak teman kakak kesini. Dia 2 tahun lebih muda dari usiamu, tapi kakak sudah menganggap dia adek kakak sendiri. Saat itu dia mengalami masalah yg hampir sama denganmu. Kakak mengajak dia ketempat ini tp belum sempat mengajakmu kesini.”

” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya Kak? Alhamdulillah”

”Nah, akhirnya kau mengerti..”

”Mengerti apa? aku tidak mengerti…”

” Adekku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh istiqomah dalam bersikap baik, butuh keuletan dalam rintangan, butuh perjuangan dalam setiap perubahan kearah kebaikan, agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi.
Bukankah kau harus sabar saat ada duri dan kerikil tajam melukai kakimu, kau harus istiqomah melangkah saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus berjuang melewati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapatkan apa apa adekku, oleh karena itu bersabarlah Dinda dengan jalan yg kau tempuh..”

” Tapi kak, tidak mudah untuk bersabar ”

” Kakak tau, oleh karena itu ada kakak yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, tetap ada ayah dan ibumu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi, ingatlah adekku… kakak tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh. Masih ada banyak “adek-adek” kakak diluar sana yg butuh bimbingan kakak. Suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain,jadilah dirimu sendiri, jadilah seorang muslimah yang kuat, kaffah dan tertarbiyah, yang tetap tabah dan istiqomah karena tahu ada Allah di sampingmu. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Maka kau tau kan akhirnya seperti apa?”

” Ya kak, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih Kakak , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”.

" Bagus adekkku, jadilah kebanggaan kakak. Kebanggaan orang tuamu, sahabat2mu, dan terutama kebanggaan buat agamamu. Kau tentu masih ingat kata2 sahabatmu: "Kehilangan adalah sebuah keniscayaan" ? yang dikatakannya itu benar sekali. Kalau nanti bukan kamu yg meninggalkan kakak, maka suatu saat kakak yg akan meninggalkanmu. Tapi bukan meninggalkan dalam arti utk selamanya, tapi sebuah proses metamorfosa utk menempa dirimu agar lebih mandiri dan dewasa tanpa bergantung pada siapapun. Pada saat itu teman terbaikmu hanya ilmu dan Allah saja..".

Sang kakak mengakhiri nasehatnya, kemudian mencium pipi adeknya. Sang adek hanya bisa diam tanpa kata. Sang kakakpun hanya tersenyum sambil menatap wajah adinda kesayangannya.
Mereka berdua kemudian pergi meninggalkan telaga dan taman yg indah tersebut.

Sampai jumpa adekku..
Semoga kita selalu..
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Sahabat sejatiku hilangkan dari ingatanmu
Dihari saat kita saling berbagi
Dengan kotak sejuta mimpi
Aku datang menghampirimu
Kan kuperlihatkan semua hartaku

Aku raja kaupun raja, aku hitam kaupun hitam
Aku dan kamu..darah abadi.

( gubahan; Sheila On7..^.^ )

Barakallahufikum..semoga bermanfaat
Banyak sayang dan cinta,
Wassalam
--------------------
_Ifta_

Kisah Ini Menghapus Sosok Pangeran Mimpiku

Add caption
Sore itu, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.. seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan sampai pula pada pertanyaan itu. “anty sudah menikah?”. “Belum mbak”, jawabku. Kemudian akhwat itu .bertanya lagi “kenapa?” hanya bisa ku jawab dengan senyuman.. ingin ku jawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.
“mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya. “nunggu suami” jawabnya. Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya- tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “mbak kerja dimana?”, ntahlah keyakinan apa yg meyakiniku bahwa mbak ini seorang pekerja, padahal setahuku, akhwat2 seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” , jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah cara satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
Ukhty, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat.

“saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing. Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendirilah”.

Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi deman, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk diluar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.”

Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yg di usapnya.
“anty tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700rb/bulan. 10x lipat dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya , ia selalu berkata “umi,,ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah2an umi ridho”, begitu katanya.
Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya

“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.

“beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua dan saudara-saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”
Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.
“kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo ma jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya.

Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.
“anty tau, saya hanya bisa nangis saat itu. Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. Baigaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah dihadapannya hanya karena sebuah pekerjaan.

Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu. Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.

Semoga jika anty mendapatkan suami seperti saya, anty tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anty pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku.
Mengambil tas laptopnya,, bergegas ingin meninggalkannku. Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkannku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.

Ya Allah….
Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku.
Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..

Subhanallah..