Judul Asli: Hidayah itu Datang Kepadaku di Malam Minggu
Sore itu, seperti biasa aku menjalankan tugasku sebagai satu-satunya seorang gadis di rumah, yaitu menyiram bunga dan menyapu halaman. Aku memang menyukai tanaman bunga dan sangat menekankan hidup bersih, sehingga tanpa rasa bosan hampir setiap sore kujalani kegiatanku itu.
Sedang asyik-asyiknya aku menyiram bunga, tiba-tiba terdengar suara...
“ Aida...rajin amat lu, jalan-jalan yuks sambil ngabuburit…?? ” Kulihat teman lamaku, Meli dan seorang cowok yang tidak lain adalah pacarnya dengan kendaraan sepeda motor menyapaku.
” Owh Mel, iya neh seperti biasa...mau kemana sore-sore gini? Jawabku sambil sedikit memainkan selang air, menunjukkan kegiatanku.
” Mau ngabuburit Ai, ikut nggak? ”
” lanjut aja dech, liat sendiri kan...aku lagi maenan air neh, hehehe ”
” Oke, tinggal dulu yah...jangan diminum tuh air. xixixi ” Meli pamit sambil tertawa kecil, sementara si Deni meng-anggukan kepalanya sebagai isyarat kalo dia juga izin pergi.
” Siipp, ati –ati di jalan ya..”
Percakapan kami terhenti sampai disitu. Tidak berapa lama mereka menghilang dari penglihatanku.
Melihat mereka berdua ( Meli dan Deni) mengingatkanku beberapa waktu yang lalu, saat-saat aku masih menggeluti dan menikmati indahnya pacaran. Sebelum akhirnya aku sadar, bahwa indahnya pacaran yang aku rasakan itu ternyata hanyalah JEBAKAN SYETAN yang terkutuk, yang senantiasa mengajak manusia dijadikan temannya di Neraka nanti. Na’udzubillah....
Ternyata dulu aku telah membuat para Iblis itu menari-nari dan berpesta pora karena langkah yang sangat kunikmati, Pacaran. Yang aku tahu hanyalah indahnya jalan-jalan bersama seorang cowo’ sambil pegangan tangan. Status jomblo tak boleh lebih dari dua bulan ’hinggap’ dipunggungku, artinya aku harus punya pacar lagi setelah dua bulan menjomblo. Siapa yang bakalan manjain aku, siapa yang akan kirim SMS ” Sayang, udah makan belom? ”. Teman-teman yang punya pacar dengan mesranya jalan-jalan, sambil berpelukan diatas sepeda motor, masa’ iya aku harus menjomblo? Ih, nggak banget lah!. Kataku dalam hati. Saat itu, status jomblo bikin hidup nggak nyaman banget pokoknya. Hidup bener-bener terasa sepi!
Tapi itu dulu.
Malam Minggu beberapa bulan yang lalu, ketika genap usia ’kesendirianku’ dua bulan.
Aku membuka akun fesbukku, kulihat di beranda seseorang membuat status ” Dosa itu mungkin manis rasanya”. Status yang ditulisnya menurutku bagus. Penasaran, kulihat profilnya. Ternyata ia sebaya denganku, lahir di tahun 90-an. Barisan panjang tentang Islam kubaca di profil dan catatan-catatan kecilnya. Malam itu, sepertinya ada rasa kagum menghampiri hatiku. Aku smakin penasaran!. Setelah membaca profil, kulanjutkan ’pengintaian’ku dengan membuka album photo miliknya. Ada dua album. Berharap aku bisa melihat wajahnya, karena photo profil yang ia pasang hanya sebuah gambar bertuliskan ”La Tahzan”. Tapi nihil, ia sama sekali tidak meng upload photonya, isi dua album itu cuma tentang Islam dan seorang anak kecil yang mungkin itu photo keponakannya.
Singkatnya, Malam itu ke-BeTe-an ku terlupakan karena profilnya, langsung ’tancap gas’, segera kuketik pesan ke inbox-nya, ” Malam..Mba, kok photonya mbak nggak ada ya?, oya mbak, status mbak tu apa artinya? ”, Dan pesan TERKIRIM. Isi pesanku tanpa salam ajaran Islam ( Assalamu’alaikum ).
Tak berapa lama..
” Iya Ukhti, di fesbuk ana memang tidak memajang photo. Sebab ana takut.
Mm, kadang ana liat temen-temen yang bangga banget melakukan dosa, dan mereka bahkan seperti membenci orang yang menyeru kebenaran. Status ana hanya sebuah perumpamaan, ukhti. Itu buat mereka ”
Begitu isi pesan yang ia kirimkan. Dan satu lagi, yang membuatku Ge-eR campur rasa nggak pantas adalah karena dia orang pertama sejagad raya ini yang memanggilku dengan sebutan Ukhti.
Beberapa kali kami saling berkirim pesan, dan di pesan terakhir ia memberikan alamat akun friendster. Menurutnya, ia masih memajang beberapa photo, itupun photo ketika ia menggendong keponakan yang masih bayi. Tak menghapusnya, sebagai tanda pernah eksis di situs pertemanan tersebut ujarnya dalam pesan yang diakhiri emo :).
Segera Mouse ini meng-klik alamat yang dituju, melihat paras seorang ukhti yang mengobati ” Saturday Stress ” ku, Ukhti Neiva. Ia memperkenalkan namanya padaku.
” Subhanallah....engkau begitu cantik ukhti. Sungguh, aku benar-benar tak menyangka kalau ukhti secantik ini. Maafkan aku ukhti…. yang salah menilaimu ”. Lama kupandangai wajah ukhti Neiva di photo itu. Tak sadar, air mata ini menetes membasahi pipi ketika aku teringat isi pesan di inbox-ku.
“ Ukhti Aida, sengaja ana tidak memajang photo. Ana takut kalau photo-photo ana bisa membuat para ikhwan tidak khusyu’ dalam shalatnya karena sebelumnya telah melihat photo-photo ana. Dan ana takut seandainya hal itu benar-benar terjadi, tentulah di Akhirat nanti ana diminta pertanggung jawaban… ”. Demikian isi pesannya, dan sangat besar kesalahanku, karena setelah membaca aku malah berkomentar “ Lebay ” terhadap isi pesannya itu.
“ Ukhti Neiva, maafkan aku…….. Ya Allah…ada hambaMu yang sangat takut terhadapMu, sementara aku disini sedang mengharapkan DOSA. Aku gelisah karna status jomblo masih dipundakku, Padahal saat inilah aku harus benar-benar hanya mencintaiMu. Ya Rabbi, Ampuni aku…. “. Teriakku dalam hati, dan air mata membanjiri seluruh area wajahku.
Aku bangkit dari posisi duduk, segera ke kamar mandi untuk berwudhu kemudian melaksanakan shalat Taubat. Dalam shalat, aku berdoa sebisaku. Memohon ampunan Allah.
Beberapa hari setelah aku mengenal ukhti Neiva, kehidupan mulai terasa indah kurasakan. Aku banyak belajar tentang Islam darinya. Dampaknya, selain melaksanakan Shalat lima waktu, aku juga mengenakan Jilbab.
” Allah mewajibkan wanita muslim untuk berjilbab ” Ujar ukhti Neiva.
Cukup banyak ujian yang kuhadapi pada awal-awal aku berjilbab, tidak sedikit orang yang mengatakan ” Mau jadi ninja ya? ”, atau ” Sok Iman banget seh ”. Kalimat-kalimat itu memang membuat tidak nyaman, tapi tidak menyurutkan niatku untuk tetap berjilbab. Dalam hati aku berkata ” biarlah aku sok iman, daripada kamu sok bejat. Udah bejat, sok-sokan lagi, huft...”. Berusaha menghibur diri.
Tidak berapa lama setelah itu, aku meyakinkan diriku untuk tidak berpacaran lagi. ”Karena berpacaran sama saja dengan mendekati zina” aku sepakat dengan pernyataan itu. Cinta – cinta yang datang dari lelaki kuberanikan untuk menolaknya, keinginanku adalah seorang lelaki yg dgn berani mengkhitbahku tanpa harus berpacaran. Kini aku bahagia dengan status jomblo-ku, karena setiap hari yang ada hanya cinta terhadap Rabb-ku, bukan untuk lawan jenisku.
Diatas sajadah kecil ini, kalimat-kalimat penguat jiwa kutulis dalam hatiku bersama tetes-tetes lembut air mata
- Menjomblo bukanlah menyia-nyiakan masa muda, tapi justru memanfaatkan indahnya cintaku terhadap Rabb-ku lebih awal.
- Terlalu biasa jika usia tua dekat dengan Allah, tapi yang istimewa adalah ketika usia muda sudah ta’at kepadaNya.
” Yaa Allah, terimakasih Engkau telah menunjukkan jalan yang benar untukku melalui ukhti Neiva, jadikanlah kami hamba-hamba yang Istiqamah dalam melaksanakan seruanMu ”.
” Terimakasih ukhti Neiva...”
***********************
"...........Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; Karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)". { QS. Ali ’Imran; 8 }
Ada yang mau meniru langkah ukhti Neiva dan ukhti Aida?
Cerita oleh: A. Ardians
Sumber::http://www.facebook.com/pages/Bangga-Memakai-JILBAB-dan-Melihat-Wanita-berJILBAB/98932247389
Tidak ada komentar:
Posting Komentar